Sebelum Ajal Tiba, Ini Permintaan Khadijah Kepada Rasulullah

Sasamboinside.com – Khadijah binti Khuwailid merupakan istri pertama Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam (SAW).

Ia adalah salah satu wanita Istimewa.
Selain itu, Siti Khadijah juga merupakan bangsawan yang menyandang kemuliaan dan kelimpahan harta kekaya’an.

Siti Khadijah binti khuwailid yang dijuluki ‘at-Thahirah’ berarti suci dan mulia itu memiliki dua pertiga (2/3) wilayah Makkah.

Namun, ketika Siti Khadijah wafat tak selembar kafan pun dia miliki. Bahkan, baju yang dikenakannya di saat menjelang ajal adalah pakaian kumuh dengan 83 tambalan.

Menurut riwayat, sebelum ajalnya tiba Siti Khadijah memanggil putrinya, Fatimah.

“Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba,” bisik Khadijah kepada Fatimah sesaat menjelang ajalnya.

“Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu (Nabi Muhammad SAW) agar beliau memberikan sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku.” pinta Siti Khadijah kepada Fatimah.

“Aku malu dan takut memintanya sendiri.” ungkap Siti Khadijah melanjutkan perkataannya.

Sedangkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam yang mendengar perkataan istrinya, Siti Khadijah kepada Fatimah saat itu kemudian berkata.

“Wahai Khadijah, Allah Subhanahu wa ta’ala (SWT) menitipkan salam kepadamu. Dan telah dipersiapkan tempatmu di syurga.” kata Nabi Muhammad SAW.

Seketika itu, Siti Khadijah, Ummul Mu’minin (ibu kaum mukmin) yang mendengar ucapan Nabi Muhammad kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Rasulullah.

Nabi Muhammad yang mengetahui istrinya telah meninggal dunia pun mendekap sang istri dengan perasaan pilu yang teramat sangat.

Tumpahlah air mata Rasulullah dan semua orang yang ada disana saat itu.

Dalam suasana seperti itu, pemimpin para Malaikat, yakni Malaikat Jibril pun turun dari langit mendatangi Rasulullah dengan mengucap salam sembari membawa lima kain kafan.

Kemudian, Rasulullah yang mendengar ucapan salam Malaikat Jibril bergegas menjawab salamnya.

Atas kedatangan Ruhul Qudus julukan Malaikat Jibril membawa lima kain kafan itu membuat Rasulullah bertanya.

“Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?” tanya Rasulullah.

“Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali dan Hasan,” jawab Jibril yang tiba-tiba berhenti berkata, kemudian menangis.

Merasa penasaran terkait hanya lima kain kafan yang dibawa Malaikat Jibril, Rasulullah kemudian bertanya lagi.

“Kenapa, ya Jibril? Cucumu yang satu, Husain tidak memiliki kafan.” tanya Rasulullah.

“Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan,” jawab Jibril.

Disisi lain, didekat jasad istrinya, Siti Khadijah binti Khuwailid Rasulullah berkata.

“Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku tak kan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa.” ucap Rasulullah.

“Allah Maha mengetahui semua amalanmu. Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum Muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum Muslimin dan pakaianku ini juga darimu.” sebut Rasulullah.

Namun begitu kata Rasulullah, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban? Sedu Rasulullah mengenang istrinya, Siti Khadijah semasa hidup.

Kemuliaan, Kebangsawanan dan Harta Siti Khadijah Untuk Allah dan Rasul-Nya

Dikisahkan, suatu hari, ketika Rasulullah pulang dari berdakwah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam masuk ke dalam rumah.

Khadijah menyambut dan hendak berdiri di depan pintu, kemudian Rasulullah bersabda.

“Wahai Khadijah, tetaplah kamu di tempatmu.” sabda Rasulullah.

Waktu itu Siti Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi. Sementara itu seluruh kekayaan yang mereka miliki telah habis.

Oleh karenanya, semasa itu seringkali Rasulullah dan Siti Khadijah tidak memiliki makanan untuk dimakan.

Sehingga, tatkala Fatimah menyusu bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. Dan darahlah yang masuk kedalam mulut Fatimah R.A.

Disela itu Rasulullah mengambil Fatimah dari gendongan Siti Khadijah dan diletakkan di tempat tidur.

Rasulullah yang lelah sepulang berdakwah dan menghadapi segala caci-maki serta fitnah manusia itu lalu berbaring di pangkuan Khadijah hingga tertidur.

Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah dengan penuh kelembutan dan rasa sayang.

Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah hingga membuat beliau terjaga.

“Wahai Khadijah, mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku?” tanya Rasulullah dengan lembut.

Rasulullah menambahkan, dulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekaya’anmu habis.

“Adakah engkau menyesal wahai Khadijah, bersuamikan aku?” lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis.

“Wahai suamiku, wahai Nabi Allah. Bukan itu yang kutangiskan,” jawab Siti Khadijah.

Siti Khadijah pun menyampaikan kepada Rasulullah bahwa kemuliaan yang dia miliki dulu telah dia serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya.

Kebangsawanan yang ia miliki juga telah ia serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Harta kekayaan yang dimiliki Siti Khadijah juga tidak luput diserahkan hanya untuk Allah dan Rasul-Nya.

“Wahai Rasulullah, sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini.” tutur Siti Khadijah.

Bukan itu saja, Siti Khadijah juga menegaskan kepada Rasulullah, jika dirinya wafat kelak ia rela tulang belulangnya di ambil Rasulullah dijadikan jembatan untuk menyeberangi sungai kalau perjuangan Rasulullah dalam berdakwah belum usai.

“Wahai Rasulullah, sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit atau pun jembatan, maka galilah lubang kuburku, ambillah tulang-belulangku, jadikanlah sebagai jembatan bagimu untuk menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu.” kata Siti Khadijah.

Siti Khadijah berpesan kepada Rasulullah, supaya Rasulullah selalu mengingatkan orang-orang pada masa itu untuk percaya kepada islam dan kebesaran Allah Subhanahu wa ta’ala.

“Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah, ingatkan mereka kepada yang hak, Ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulullah.” Pinta Siti Khadijah.

Mengingat hal itu, Rasulullah pun tampak sedih.

“Oh Khadijahku sayang, kau meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku. Siapa lagi yang akan membantuku?” kata Rasulullah.

Mendengar ucapan baginda Rasulullah seperti itu, menantu Rasullulah, Ali bin Abi Thalib kemudian menyahut.

“Aku, ya Rasulullah!” jawab Ali bin Abi Thalib.

Usai itu, disamping jasad Siti Khadijah, Rasulullah kemudian berdo’a kepada Allah.

“Ya Allah, ya ILahi Rabbiy, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam. Mempercayaiku pada saat orang lain menentangku. Menyenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku. Menenteramkanku pada saat orang lain membuatku gelisah.” doa Rasulullah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *