Yayasan Pasir Putih Launching Film Komik dan Buku Komik Cerita Rakyat Lombok Utara

Sasamboinside.com – Bekerja sama dengan Dananesia yang dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Yayasan Pasir Putih berhasil meluncurkan 15 Film Komik dan Buku Komik Cerita Rakyat Lombok Utara.

Peluncuran itu digelar di Taman Fantasi, Desa Pemenang, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara (KLU), Sabtu 17 Juni 2023.

Muhammad Sibawaihi, Direktur Program Pasir Putih yang sekaligus berperan menjadi Produser dalam peluncuran 15 Film Komik dan Buku Komik tersebut mengatakan, hal ini bermula dari keresahan para budayawan dan pemuda terhadap degradasi tradisi yang terjadi, khusunya pada sektor Folklor atau yang kerap dikenal sebagai tradisi lisan.

Sibawaihi menilai, fenomena degradasi ini ditengarai muncul akibat perubahan zaman dan kemajuan teknologi. Di satu sisi para penutur juga sudah banyak berkurang terjemput usia.

“Saat kita masih anak-anak, kita kerap mendengar waran (cerita rakyat) dari orang tua kita sebelum tidur.” Ujarnya.

Menurutnya, saat ini hampir tidak ditemui hal tersebut dalam masyarakat. Waran yang sarat akan nilai kehidupan tersebut sudah tereliminasi oleh telepon canggih yang justru berpotensi menjauhkan anak dari nilai luhur.

Ia menyatakan, peluncuran film komik dan buku komik ini merupakan transformasi waran ke dalam bentuk digital. Sehingga, ia berpendapat, nilai-nilai luhur dalam waran setidaknya tidak turut terdegradasi kecanggihan zaman.

Ditemui di lokasi kegiatan, Sutradara Peluncuran 15 Film Komik dan Buku Komik Cerita Rakyat tersebut, Alya Maolani menuturkan, kegiatan transformasi waran yang dilakukan pihak yayasan Pasir Putih ini didasari oleh upaya pelestarian budaya atau tradisi losan sebelumnya yang dilakukan salah satu tokoh budayawan KLU Kamardi.

Lanjut Alya, Kamardi telah melakukan pemetaan dan penghimpunan waran sejak tahun 2019 lalu dari seluruh Kecamatan di Lombok Utara. Alhasil, Kamardi berhasil menginventarisir 27 waran di Lombok Utara.

“Tahun 2019, ayahanda kami bapak Kamardi, berhasil mengumpulkan sejumlah 27 cerita rakyat di KLU. Pada 2021 kami dari Pasir Putih juga menggelar pameran Bale Data. Nah, salah satu seni yang kami tampilkan dalam pameran tersebut itu ada komik dan cerita rakyat, sehingga ini kami kolaborasikan dan transformasikan ke dalam media yang lebih familiar dengan milenial,” kata Alya.

Alya menyebutkan, dalam peluncuran film komik ini, berbagai budayawan serta seniman pun ikut terlibat. Di antaranya seniman media, seniman perupa, dan berbagai seniman lainnya, sehingga memunculkan sebuah karya kolaboratif dari kerja kolektif.

Selebihnya, lanjut Alya, setelah kegiatan ini yayasan Pasir Putih akan melakukan roadshow pemutaran film komik di 9 titik se KLU, mulai sari Kecamatan Pemenang hingga Bayan.

“Setelah ini nanti kami akan adakan pemutaran film keliling di 9 titik selain tempat ini (Taman Fantasi), mulai dari Desa Malaka (Pemenang) dan nanti akan berakhir di Desa Karang Bajo (Bayan) pada 26 Juni,” tambah Alya.

Sementara itu, Tokoh Budayawan Dayan Gunung (nama lain Kabupaten Lombok Utara) Kamardi, mengapresiasi kegiatan peluncuran film komik ini.

Ia mengungkapkan rasa bangga dan haru terhadap kegiatan yang dilakukan Pasir Putih tersebut. Pasalnya, di tengah massifnya degradasi budaya di era 40 ini, masih ada komunitas-komunitas yang aktif melestarikan budaya tersebut.

“Satu hal yang penting bagi kami, kami mengapresiasi kerja-kerja kebudayaan yang dilakukan kawan-kawan. Ini adalah bagian dari bingkai cita-cita kami di 2019 dulu saat menginventarisir waran di Lombok Utara,” ungkap Kamardi.

Tokoh yang sekaligus berperan sebagai Penasihat Artistik dalam kegiatan peluncuran film komik ini menyatakan, masih banyak waran-waran atau cerita rakyat di Lombok Utara yang belum terakomodir untuk diinventarisir.

Oleh karena itu, ia berpesan agar Pasir Putih tetap konsen mengawal waran sebagai salah satu warisan folklor KLU. Sehingga ke depan jumlah data waran yang dapat lebih banyak terangkum.

“Saya berpesan agar adik-adik ini tetap konsen, terus gali lagi waran-waran ini ke masyarakat, sekaligus melakukan sosialisasi budaya. Jika semua waran kita sudah terinventarisir kita tidak perlu resah tradisi kita akan punah, karena ini bentuk pelestarian yang kita lakukan,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *