Misteri Kematian Anggota Propam Polda NTB di Gili Trawangan Penuh Tanda Tanya, “Tenggelam atau Dibunuh?”

Sasamboinside.com — Kematian Brigadir Muhammad Nurhadi, anggota Propam Polda NTB, yang ditemukan tenggelam di kolam renang sebuah penginapan di Gili Trawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Rabu (16/4), menyisakan banyak kejanggalan.
Pihak keluarga dan orang-orang terdekat korban meragukan penyebab kematian yang disebut akibat tenggelam tersebut.
Apalagi, proses otopsi terhadap jenazah tidak dilakukan, membuat misteri di balik kematian ayah dua anak ini semakin penuh tanda tanya.
Polda NTB pun hingga kini belum memberikan keterangan resmi terkait insiden tersebut.
Kepala Desa Gili Indah, Dana, mengaku tidak banyak mengetahui soal peristiwa itu.
“Saya tidak tahu infonya. Hanya dapat info kalau ada anggota polisi yang meninggal. Cuma itu,” ujarnya singkat saat dikonfirmasi.
Dana bahkan merekomendasikan untuk menghubungi Kepala Dusun setempat, Husni. Namun hingga berita ini diturunkan, Husni belum memberikan respons.
Informasi mengenai lokasi pasti penginapan tempat kejadian pun masih gelap, baik bagi media maupun keluarga korban.
Sejumlah kejanggalan diungkapkan Taufiq Mardanu, teman masa kecil korban yang turut memandikan jenazah. Ia menyebut menemukan sejumlah luka mencurigakan di tubuh Brigadir Nurhadi.
Dia mengatakan ada luka memar di atas mata sebelah kanan korban. Luka tersebut mengeluarkan darah terus menerus, bahkan setelah usai dimandikan.
“Waktu datang kondisi mayatnya dingin. Datang hari Kamis (minggu lalu). Mata sebelah kanan luka pas di bawah alis mata. Kayak memar tapi terus keluar darah. Sampai habis dimandikan keluar darah,” ujarnya.
Selain itu, terdapat lebam di belakang leher jenazah. “Belakang leher kayak memar,” ujarnya.
Banyak luka di bagian tubuh korban saat jenazah tersebut tiba, padahal jenazah belum diotopsi.
“Pinggang juga memar, sama jari-jari kakinya, punggung kaki luka sobek. Lututnya juga memar,” katanya.
Selain itu darah juga keluar dari hidung korban. “Keluar darah dari hidungnya,” ujarnya.
Taufiq merupakan teman sekolah almarhum. Dia mengenal almarhum sebagai sosok yang baik. Sebagai ayah yang bertanggungjawab. Almarhum memiliki dua anak yang masih kecil. Berusia satu bulan dan lima tahun.
“Waktu saya mandiin almarhum, anaknya yang paling besar digendong. Dia bilang ‘mau diapain ayah saya?’ saya jawab mau dimandiin. Dia nanya ‘terus mau diapain’, saya bilang dikubur. Dia nanya lagi kapan ayah bangun, langsung saya sedih dengar itu,” kenangnya.
Dia mengaku sekitar 6 sampai 7 orang yang memandikan jenazah, bertanya-tanya dengan kondisi almarhum.
Sementara itu, dari informasi yang beredar, korban sebelumnya bersama beberapa rekan polisi di Gili Trawangan.
Awalnya korban bersantai di area tempat penginapan sekitar pukul 16.40 Wita. Korban kemudian mulai berenang sekitar pukul 17.00 Wita.
Tiba-tiba salah seorang rekannya melihat korban berada di dasar kolam saat memasuki area penginapan.
Rekannya itu pun mengevakuasi korban ke pinggir kolam dan memanggil temannya.
Rekan korban ini yang menghubungi pihak penginapan untuk meminta bantuan.
Pihak penginapan kemudian menghubungi tenaga medis di Gili Trawangan.
Tenaga medis mencoba menyadarkan korban, namun korban tidak merespon. Dia kemudian dibawa ke klinik.
Tiba di klinik dilakukan pengecekan EKG, namun tenaga medis menyebut detak jantung korban sudah tidak terdeteksi.
Akhirnya, sekitar pukul 22.14 Wita, dokter menyatakan Brigadir Muhammad Nurhadi telah meninggal dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *