Sasamboinside.com – Ketua Umum Aliansi Masyarakat Menggugat Nusa Tenggara Barat (Alarm NTB), Lalu Hizzi, menyuarakan penolakan tegas terhadap kehadiran organisasi masyarakat Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya di wilayah NTB.
Menurut Hizzi, eksistensi GRIB dinilai tidak sejalan dengan semangat pembangunan daerah, terutama dalam menjaga iklim investasi dan sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi NTB, khususnya di Lombok.
“Alasan saya menolak GRIB ini yang pertama karena visi dan misinya tidak jelas. Kalau kita lihat, ketua umumnya saja adalah mantan preman,” kata Lalu Hizzi kepada wartawan, Jumat (9/5/2025).
Ia menekankan bahwa dalam negara demokratis seperti Indonesia, setiap warga negara memang berhak berserikat dan menyuarakan pendapat.
Namun, kata Hizzi, hak tersebut tidak bisa digunakan sebagai tameng bagi tindakan yang meresahkan masyarakat, apalagi mengarah pada premanisme.
“Siapa saja boleh berserikat, itu kita akui. Tapi tindakan-tindakan yang dilakukan GRIB selama ini, seperti menutup perusahaan dengan cara-cara preman, itu tidak bisa dibenarkan. Itu yang membuat kami khawatir, terutama bagi para investor yang ingin menanamkan modal di NTB,” ujarnya.
Hizzi menyebut NTB, khususnya Lombok, sedang dalam fase pertumbuhan pariwisata dan ketertarikan investor sedang tinggi.
Menurut dia, kehadiran ormas yang dinilai bertindak semena-mena bisa menjadi penghalang besar bagi kemajuan daerah.
“Bayangkan kalau praktek-praktek seperti itu masih dilakukan, siapa yang mau investasi di sini? Siapa yang nyaman kalau ada ormas yang tiba-tiba menutup usaha atau tempat kerja dengan alasan yang tidak jelas?” ucapnya.
Lebih lanjut, Hizzi juga mempertanyakan integritas GRIB yang menurutnya masih dikendalikan oleh kepentingan politik.
“GRIB ini tergantung siapa yang bayar. Termasuk kemarin ikut membela soal ijazah Pak Jokowi dan lainnya, ya kita tahu itu bagian dari permainan politik. Organisasi masyarakat seharusnya independen dan murni untuk kepentingan rakyat, bukan alat kekuasaan,” tegasnya.
Menurut Hizzi, NTB tidak kekurangan organisasi kemasyarakatan yang jauh lebih relevan, konstruktif, dan sesuai dengan nilai-nilai lokal.
Ia mencontohkan Pemuda Pancasila, Garda NTB, Laskar Sasak, hingga pamswakarsa yang dipimpin pemuda-pemuda lokal.
“Di sini sudah banyak ormas yang sehat dan sesuai dengan adat ketimuran kita. Mereka menjaga ketertiban, mendukung pembangunan, bukan menebar ketakutan. Jadi, apakah kita butuh organisasi seperti GRIB di NTB? Jawabannya tidak. Sama sekali tidak,” tegasnya.
Hizzi pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk lebih selektif dan kritis terhadap keberadaan ormas-ormas yang menurutnya membawa dampak negatif.
“Kami tidak anti terhadap ormas, tapi kita harus kritis dan realistis. Kalau ada ormas yang cenderung merusak, ya harus ditolak. Kita ingin NTB ini aman, nyaman, dan menarik untuk semua pihak, termasuk investor,” pungkasnya.